Jumat, 20 November 2015

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

  1. Pengertian Sistem Informasi berbasis computer (CBIS)
Proses informasi untuk pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrkarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses (Djahir & Pratita, 2014).

  1. Evolusi Sistem Informasi berbasis komputer
-          Focus data (SIA / EDP)
Penekanan lebih banyak ke masalah bagaimana mempercepat pengolahan data dan meningkatkan akurasi.
-          Fokus informasi (SIM)
Penekanan lebih banyak kepada kualitas informasi, menyediakan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang serupa.
-          Fokus pada pendukung keputusan (SPK)
System computer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur.
-          Fokus pada komunikasi (Otomatis Kantor)
Semua system elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informal ke dan dari orang-orang di dalam maupun diluar perusahaan.
-          Fokus Konsultasi (Sistem Pakar)
Mencakup system untuk pengolahan data transaksi (SPT) dan system untuk mengolah kembali data hasil pengolahan data hasil transaksi tersebut menjadi informasi yang diperlukan bagi manajemen atau system informasi manajemen sebagai system informasi bisnis

  1. Lingkup Data
1.      Hirarki data
Menurut Yakub (2012), hirarki data dapat diorganisasikan menjadi beberapa level, yaitu elemen data, record dan file.
2.      Penyimpanan sekunder
-          SASD (Penyimpanan Berurutan) : Media penyimpanan untuk mengisikan record yang diatur dalam susunan tertentu. Data pertama harus diproses pertama kali, data kedua diproses kedua kali, dst.
-          DASD (Penyimpanan akses langsung) : Mekanisme baca atau tulis yang diarahkan ke record tertentu tanpa pencarian secara urut.
3.      Pemrosesan Data
-          Pemrosesan Batch
Batch processing adalah suatu model pengolahan data, dengan menghimpun data terlebih dahulu, dan diatur pengelompokkan datanya dalam kelompok-kelompok yang disebut batch. Tiap batch ditandai dengan identitas tertentu, serta informasi mengenai data-data yang terdapat dalam batch tersebut. Setelah data-data tersebut terkumpul dalam jumlah tertentu, data-data tersebut akan langsung diproses. Contoh dari penggunaan batch processing adalah e-mail dan transaksi batch processing.
-          Pemrosesan Online
Data langsung diproses saat itu dimasukkan, pengguna biasanya hanya harus menunggu waktu yang singkat untuk jawaban. (ex. game, pengolah kata, sistem pemesanan). Pengolahan interaktif atau online mengharuskan pengguna untuk memasok input. Keuntungan: Interaktif atau pengolahan online memungkinkan pengguna untuk input data dan mendapatkan hasil dari pengolahan data yang segera.
-          Pemrosesan Time
Definisi: Input terus menerus, secara otomatis diperoleh dari sensor, misalnya, yang segera diproses untuk menanggapi masukan dalam waktu sesedikit mungkin. Setelah sistem ini selesai menanggapi membaca set berikutnya input data segera memproses itu. Sistem ini tidak memerlukan pengguna untuk mengontrolnya, ia bekerja secara otomatis. Keuntungan: Setiap kali ada reaksi cepat diperlukan karena beberapa jenis perubahan, pengolahan real time dapat mengambil tindakan tanpa perlu pengguna atau waktu proses yang lama terlebih dahulu.

  1. Database
-          Era permulaan database
1.       Pengulangan data
2.       Ketergatungan data
3.       Kepemilikan data yang tersebar
-          Konsep database
Integrasi logis dari catatan-catatan file, tujuan dari konsep database ini adalah meminimunkan pengulangan dan mencapai independensi data. Independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data. Indenpendensi data dicapai dengan menempatkan spesifikasi dalam tabel dan kamus yang terpisah secara fisik dari program. Program mengacu pada tabel untuk mengakses data.
-          Struktur database
Menurut Mcleod & Schell (2008) terdapat tigas struktur database, yaitu:
1.      Struktur basis data hierarkis
2.      Struktur basis data jaringan
3.      Struktur basis data relasional
-          Keunggulan dan kelemahan database dan database management system (DBMS)
1.      Keunggulan :
a.       Mengurangi pengulangan data.
b.      Independensi data.
c.       Memadukan data dari beberapa file.
d.      Memanggil data dan informasi secara tepat.
e.       Meningkatkan keamanan.
2.      Kelemahan :
a.       Menggunakan software yang mahal.
b.      Menggunakan konfiguarsi hardware yang besar.
c.       Memperkerjakan dan menggaji staf DBA yang relatif mahal.

  1. Peranan database dan DBMS dalam memecahkan masalah (Dalam psikologi)
1.    Data yang berulang dalam bentuk multifile duplikat maupun data duplikat dalam satu file.
2.    Data dan program menyatu.
3.    Kebutuhan untuk mengintegrasikan data dari file-file.
4.    Kebutuhan untuk memperoleh data secara cepat.
5.    Kebutuhan untuk membuat data dengan aman.

  1. System Pengolahan Data
-          Pengertian dasar dan tujuan pengolahan data
System pengolahan data (data processing) adalah susunan atau kumpulan dari hasil kegiatan pikiran dengan bantuan tenaga atau suatu peralatan, sehingga dapat menghasilkan informasi untuk mencapai tujuan tertentu (Hartono, 2005).
Tujuan pengolahan data untuk menganalisa suatu output yang segera dapat dipergunakan.
-          Tugas pengolahan data
1.      Pengumpulan data
2.      Pengubahan data
3.      Penyimpanan data
4.      Pembuatan dokumen
-          Contoh system pengolahan data
Data berupa angka, karakter, alphabet, symbol, gambar, suara, system pengolahan data penjualan, dan system pengolahan data pegawai,
-          Peranan pemrosesan data dalam pemecahan masalah
Pengolahan data memberikan sumbangan terhadap pemecahan masalah dengan dua cara. Menghasilkan laporan standar yang merekapitulasi kondisi keuangan perusahaan dan memberikan database dari data internal yang digunakan oleh subsistem CBIS yang lain.

  1. Sistem Informasi Manajemen
-          Pengertian dasar SIM
Suatu system berbasis computer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa (Mcleod & Schell, 2008).
-          Konsep system informasi organisasional
Agar pada akhirnya mencapai kemapaman sebagai area aplikasi computer yang utama.
-          Peranan SIM dalam pemecahan masalah
Para pengguna SIM biasanya terdiri atas entitas-entitas organisasi formal perusahaan atau sub-unit anak perusahaannya, informasi yang diberikan oleh SIM menjelaskan  perusahaan atau salah satu system utamanya dilihat dari apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi, dan apa yang kemungkinan akan terjadi di masa depan, SIM akan menghasilkan informasi ini melalui penggunaan dua jenis perangkat lunak (Mcleod & Schell, 2008).

  1. Sistem Penunjang Keputusan
-          Konsep, pengertian dasar dan tujuan SPK
Turban & Aronson (2001) menyebutkan bahwa konsep system penunjang keputusan (SPK) muncul pertama kali pada awal tahun 1970-an oleh Scott-Morton. Mereka mendefiniskan SPK sebagai suatu system interaktif berbasis computer yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat tidak terstruktur.
-          Model SPK
1.      DSS Specific
2.      DSS Generator
3.      DSS Tools
-          Pemodelan matematis beserta keuntungan dan kerugiannya
1.      Mengkhususkan pada pengambilan keputusan dari para manajer tingkat atas
2.      Menekankan pada fleksibilitas, adaptibilitas dan mampu memberi respon dengan cepat
3.      User memiliki control penuh dalam berinteraksi

Sumber :
Djahir, Y. & Pratita, D. (2008). Bahan ajar system informasi manajemen. Yogyakarta: Deepublish.
Hartono, J. (2005). Analisis dan desain system informasi: Pendekatan terstruktur teori dan praktik aplikasi bisnis. Yogyakarta: Andi.
Mcleod, R. & Schell, G. (2008). Sistem informasi manajemen edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Yakub. (2012). Pengantar system informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://www.gurupendidikan.com/perbedaan-batch-online-real-time-processing-method/

Jumat, 08 Mei 2015

Psikoterapi Kelompok



TERAPI KELOMPOK (SUPORTIF)

1.     Pengertian terapi kelompok
Terapi kelompok Suportif merupakan terapi yang terdiri dari beberapa orang-orang yang berencana, mengatur dan merespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan maupun keadaan yang merugikan (Grant-Iramu dalam Hidayati, 2012).

2.     Cara melakukan terapi kelompok
Menurut McCloskey & Bulechek (dalam Stuart & Laraia, 1998) pelaksanaan pemberian terapi kelompok suportif dapat dilakukan dalam beberapa sesi, yakni:
a.      Sesi pertama: Mengidentifikasi kemampuan klien dan sumber pendukung yang ada pada diri klien.
b.     Sesi kedua: Menggunakan sistem pendukung dalam diri klien, monitor, dan hambatannya.
c.      Sesi ketiga: Menggunakan sistem pendukung di luar klien, monitor, dan hambatannya.
d.     Sesi keempat: Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber.
Keempat sesi dilakukan dalam 4 kali pertemuan selama 2 minggu dan setiap pertemuan dilaksanakan selama 40-50 menit. Setiap akhir sesi, klien menulis kegiatannya di buku kerja. Setiap lembar buku kerja terdapat tanggal dan nama sesi dengan demikian setiap klien memiliki catatan perkembangan selama mengikuti terapi kelompok suportif mulai dari pengetahuan mengenai mengatasi perilaku kekerasan sampai monitor hasil penggunaan sumber pendukung didalam dan diluar diri klien. Setiap akhir sesi selalu di evaluasi untuk mengetahui perkembangan klien selama mengikuti kegiatan terapi kelompok suportif dan dipertemuan sesi berikutnya juga selalu di monitor dan evaluasi pada sesi selanjutnya.

3.     Manfaat terapi kelompok
Menurut Fontaine (2009), terapi kelompok suportif merupakan jenis terapi yang berfokus pada manfaat berbagi pengalaman yang melibatkan sejumlah anggota dan terapis kelompok suportif yang membantu anggota kelompok dengan masalah psikologis, kognitif, perilaku atau disfungsi spiritual melalui proses perubahan khususnya pada perilaku kekerasan.

4.     Kasus-kasus yang diselesaikan dalam terapi kelompok
a.      Kasus tentang depresi
b.     Kasus tentang tindak kekerasan
c.      Kasus tentang ansietas

5.     Cari dan rangkum satu contoh yang menggambarkan terapi kelompok
Salah satu masalah yang sering terjadi pada remaja adalah depresi. Depresi pada remaja akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi atau mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Salah satu psikoterapi yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah terapi suportif. Terapi suportif untuk menangani stress pada remaja dilakukan pada keluarga dengan remaja mempunyai efek protektif yang signifikan terhadap kemampuan remaja menghadapi tantangan hidup yang dipenuhi oleh stressor.


Daftar Pustaka:

Hidayati, E. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo. Seminar Hasil-hasil Penelitian. Kota Semarang.
Ikhtiarini, E., Yani, A., & Mustikasari. (2012).  Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Tingkat Ansietas Keluarga dalam Merawat Anak Tuna Grahita. Jurnal Keperawatan Soedirman. Vol 7. No 1. Hal 17-24.
Stuart, G.W. & Laraia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, (ed. 8). Missouri: Mosby, Inc.

Sabtu, 04 April 2015

PSIKOTERAPI 1

1. Pendekatan dalam Psikoterapi:
a.      Pendekatan psikoanalisa di dalam psikoterapi
Pendekatan ini berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di alam bawah sadar sesorang. Pendekatan ini dalam psikoterapi bertujuan agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di alam bawah sadar yang belum terselesaikan. Maka dari itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”.
b.     Pendekatan psikologi belajar di dalam psikoterapi
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
c.      Pendekatan psikologi humanistik di dalam psikoterapi
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
d.     Pendektan psikologi kognitif di dalam psikoterapi
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
 2. Contoh Kasus:
a.      Psikodinamik
Contoh kasus : Misalnya seseorang pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat subjek mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka subjek diberikan katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana subjek dapat mengekspresikan kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju boneka.
b.     Behavioristik
Contoh kasus : Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
c.      Humanistik
Contoh kasus : Fiona adalah mahasiswi baru di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan teman-teman barunya. Fiona cenderung menghindari mereka karena merasa takut dengan orang-orang baru. Temannya mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no. Hp, mengajak makan bersama di kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan ketika Fiona bersama- teman baru, dan hendak pergi ke toilet,salah satu temannya menawarkan diri untuk membawakan dan menjaga tasnya namun tetap dia tolak. Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai orang yang kaku dan anti sosial.
d.     Kognitif
Contoh kasus : Misalnya dalam kasus gangguan panik seringkali subjek dipenuhi kecemasan untuk keluar rumah sendirian atau menyetir mobil sendirian. Hal ini dikarenakan subjek trauma ketika sedang berada sendirian serangan paniknya akan datang dan membuatnya tidak berdaya. Subjek menghindari untuk keluar rumah sendiri dan takut untuk melakukan hal-hal sendiri di luar rumah atau bahkan di tinggal di rumah sendiripun takut. 

 3. Alasan kenapa menggunakan pendekatan tersebut:
a.      Psikodinamik
Karena dalam kasus ini merupakan contoh dari kasus asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.
b.     Behavioristik
Karena inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Contoh kasus tersebut dapat ditangani dengan teknik desensitisasi sistematis yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif.
c.      Humanisitk
Karena Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
d.     Kogintif
Karena dalam kasus ini subjek merasa dirinya akan mengalami hal-hal buruk di luar jika sendiri dan itu langsung keluar dari pikirannya terkadang tanpa pemicu yang jelas. Maka pendekatan kognitif perlu dilakukan, karena untuk mengubah atau men-dispute pikiran-pikiran negatif terkait gangguan panik.

Sumber : 
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi.
http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html. (Diakses tanggal 21 Mei 2014).
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.