Sabtu, 04 April 2015

PSIKOTERAPI 1

1. Pendekatan dalam Psikoterapi:
a.      Pendekatan psikoanalisa di dalam psikoterapi
Pendekatan ini berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di alam bawah sadar sesorang. Pendekatan ini dalam psikoterapi bertujuan agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di alam bawah sadar yang belum terselesaikan. Maka dari itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”.
b.     Pendekatan psikologi belajar di dalam psikoterapi
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
c.      Pendekatan psikologi humanistik di dalam psikoterapi
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
d.     Pendektan psikologi kognitif di dalam psikoterapi
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
 2. Contoh Kasus:
a.      Psikodinamik
Contoh kasus : Misalnya seseorang pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat subjek mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka subjek diberikan katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana subjek dapat mengekspresikan kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju boneka.
b.     Behavioristik
Contoh kasus : Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
c.      Humanistik
Contoh kasus : Fiona adalah mahasiswi baru di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan teman-teman barunya. Fiona cenderung menghindari mereka karena merasa takut dengan orang-orang baru. Temannya mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no. Hp, mengajak makan bersama di kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan ketika Fiona bersama- teman baru, dan hendak pergi ke toilet,salah satu temannya menawarkan diri untuk membawakan dan menjaga tasnya namun tetap dia tolak. Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai orang yang kaku dan anti sosial.
d.     Kognitif
Contoh kasus : Misalnya dalam kasus gangguan panik seringkali subjek dipenuhi kecemasan untuk keluar rumah sendirian atau menyetir mobil sendirian. Hal ini dikarenakan subjek trauma ketika sedang berada sendirian serangan paniknya akan datang dan membuatnya tidak berdaya. Subjek menghindari untuk keluar rumah sendiri dan takut untuk melakukan hal-hal sendiri di luar rumah atau bahkan di tinggal di rumah sendiripun takut. 

 3. Alasan kenapa menggunakan pendekatan tersebut:
a.      Psikodinamik
Karena dalam kasus ini merupakan contoh dari kasus asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.
b.     Behavioristik
Karena inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Contoh kasus tersebut dapat ditangani dengan teknik desensitisasi sistematis yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif.
c.      Humanisitk
Karena Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
d.     Kogintif
Karena dalam kasus ini subjek merasa dirinya akan mengalami hal-hal buruk di luar jika sendiri dan itu langsung keluar dari pikirannya terkadang tanpa pemicu yang jelas. Maka pendekatan kognitif perlu dilakukan, karena untuk mengubah atau men-dispute pikiran-pikiran negatif terkait gangguan panik.

Sumber : 
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi.
http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html. (Diakses tanggal 21 Mei 2014).
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.