a. Pendekatan
psikoanalisa di dalam psikoterapi
Pendekatan ini berfokus pada
mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah
yang biasanya tersembunyi di alam bawah sadar sesorang. Pendekatan ini dalam
psikoterapi bertujuan agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak
disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di alam bawah
sadar yang belum terselesaikan. Maka dari itu, klien perlu menggali bawah sadarnya
untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang
bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”.
b. Pendekatan
psikologi belajar di dalam psikoterapi
Pendekatan terapi perilaku
(behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior
therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau
“associative learning”.
c. Pendekatan
psikologi humanistik di dalam psikoterapi
Pendekatan Humanistic Therapy
menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas
menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik,
seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan
mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien,
melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas
dasar kesadarannya sendiri.
d. Pendektan
psikologi kognitif di dalam psikoterapi
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa
perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan
Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa
mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran
menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan utama dalam
pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan
kesadaran dan berpikir rasional.
2. Contoh Kasus:
a. Psikodinamik
Contoh kasus : Misalnya seseorang pernah mengalami
trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha
melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat subjek
mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka subjek diberikan katarsis
(pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana subjek dapat mengekspresikan
kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau
meninju boneka.
b. Behavioristik
Contoh kasus : Misalnya pada kasus
fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan
ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap
ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya
melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
c. Humanistik
Contoh kasus
: Fiona adalah mahasiswi baru di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan
teman-teman barunya. Fiona cenderung menghindari mereka karena merasa takut
dengan orang-orang baru. Temannya mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no.
Hp, mengajak makan bersama di kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan
ketika Fiona bersama- teman baru, dan hendak pergi ke toilet,salah satu
temannya menawarkan diri untuk membawakan dan menjaga tasnya namun tetap dia
tolak. Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai orang yang kaku dan anti sosial.
d. Kognitif
Contoh kasus : Misalnya dalam kasus
gangguan panik seringkali subjek dipenuhi kecemasan untuk keluar rumah
sendirian atau menyetir mobil sendirian. Hal ini dikarenakan subjek trauma
ketika sedang berada sendirian serangan paniknya akan datang dan membuatnya
tidak berdaya. Subjek menghindari untuk keluar rumah sendiri dan takut untuk
melakukan hal-hal sendiri di luar rumah atau bahkan di tinggal di rumah
sendiripun takut.
3. Alasan kenapa menggunakan pendekatan tersebut:
a. Psikodinamik
Karena dalam kasus ini
merupakan contoh dari kasus asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk memunculkan
ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.
b. Behavioristik
Karena inti dari pendekatan
behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk
asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Contoh kasus tersebut dapat
ditangani dengan teknik desensitisasi sistematis yang digunakan untuk menghapus
perilaku yang diperkuat secara negatif.
c. Humanisitk
Karena Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan
akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak
membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak
menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal
itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang
yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta
akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
d. Kogintif
Karena
dalam kasus ini subjek merasa dirinya akan mengalami hal-hal buruk di luar jika
sendiri dan itu langsung keluar dari pikirannya terkadang tanpa pemicu yang
jelas. Maka pendekatan kognitif perlu dilakukan, karena untuk mengubah atau
men-dispute pikiran-pikiran negatif terkait gangguan panik.
Sumber :
Gunarsa, Singgih D (2007).
Konseling dan psikoterapi.
http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html.
(Diakses tanggal 21 Mei 2014).
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar