Pembahasan tentang bilangan bulat (integers) tidak bisa dipisahkan
dari uraian tantang bilangan asli (natural numbers) dan bilangan cacah
(whole members) karena kreasi tentang bilangan-bilangan ini merupakan
proses sosial dan budaya yang berlangsung berurutan dalam waktu ribuan
tahun.
Konsep tentang bilangan dan cara mencacah (menghitung, counting)
berkembang selama sekitar 15.000 tahun, mulai dari zaman prasejarah
(poleolithic, Old Stone Age) sampai dengan zaman sejarah (sekitar tahun
400 S.M.). Dalam periode atau zaman ini, mereka diduga telah emmpelajari
cara bertani atau bercocok taman, cara berternak, cara
menggunakankaleder, cara mengukur atau menimbang berat, cara memindahkan
barang dengan kereta atau gerobak, cara membuat perahu, cara berburu,
cara pengobatan tradisional, dan cara berhitung.
1. Bilangan Asli
Sejak periode sejarah, diduga dimulai sekitar tahun 400 S.M., orang
melalui memikirkan bilangan sebagai konsep abstrak. Misalnya, mereka
menyebut tiga kerikil dan tiga binatang mempunyai sifat persekutuan,
yaitu suatu kuantitas yang disebut tiga. Sifat persekutuan tiga ini bisa
dimiliki oleh kelompok benda apa saja sehingga sifat ini menjadi
terbatas dari obyek atau sasaran pembicaraan. Dalam istilah yang lebih
sederhana, sifat-sifat persekutuan satuan (oneness), duaan (twoness),
atau tigaan (threeness) merupakan sifat persekutuan yang dimiliki oleh
sebarang kumpulan benda untuk menunjukkan kesamaan kuantitas.
Keperluan tentang kuantitas merupakan kebutuhan dasar manusia dalam
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, terutama untuk menghitung
(mencacah) dan membandingkan jumlah barang atau benda.
Keperluan menghitung (mencacah, counting) mendorong orang untuk
mencari cara yang mudah, antara lain dengan membuat lambang bilangan
(muneral) dan cara menggunakannya (sistem numerasi). Sistem numerasi
membuat sekumpulan lambang dasar dan sejumlah atauran untuk menghasilkan
lambang-lambang bilangan yang lain. Beberapa peradaban yang telah
mengembangkan sistem numerasi antara lain adalah Mesir (sekitar tahun
3000 S.M.), Babylonia (sekitar tahun 2000 S.M.), Yunani atau Greek
(sekitar tahun 600 S.M.), Mayan (sekitar tahun 300 S.M.), Jepang – China
(sekitar tahun 200 S.M.), Romawi (sekitar tahun 100 M), dan Hindu-Arab
(mulai sekitar tahun 300 S.M. di India, mengalami perubahan di wilayah
timur tengah sekitar tahun 750 Masehi, berkembang di Eropa dan dipakai
di seluruh dunia sampai sekarang). Dari uraian di atas kita dengan
singkat telah melihat perjalanan pengembangan konsep bilangan sejak
pertama kali pada zaman Poleolithic sampai pada zaman sejarah. Dengan
demikian kita perlu membuat asumsi bahwa manusia telah menemukan konsep
bilangan asli (counting/natural members) dan telah menemukan himpunan
lambang untuk menyatakan konsep bilangan asli yaitu 1, 2, 3, 4, …
Untuk selanjutnya himpunan bilangan asli dinyatakan dengan
N = {1, 2, 3, 4, … }
2. Bilangan Cacah
Untuk kepentingan masyarakat zaman pertanian, sebelum zaman revolusi,
mereka hanya memerlukan mencacah, menjumlah, dan mengalikan. Seiring
dengan perkembangan zaman, mesyarakat memerlukan sistem bilangan yang
dapat memenuhi keperluan lain, yaitu mengurangkan dan membagi. Dengan
demikian mereka mempunyai tuntutan pekerjaan yang tidak sekedar
berhitung (aritmetika) tetapi hal lain yang lebih luas.
Jika sebelumnya mereka menerima pernyataan tanpa bukti (postulat):
p + q adalah suatu bilangan asli
p x q adalah suatu bilangan asli
maka kesulitan akan muncul ketika pengertian pengurangan mulai diperkenalkan melalui penjumlahan:
p – q = r jika ada r sedemikian hingga p = q + r
Kita bisa melihat kesulitan itu. Pengurangan pada unsur-unsur hipunan
bilangan asli dapat dilakukan hanya jika p lebih dari q, artinya
himpunan bilangan asli tidak bersifat tertutup terhadap pengurangan.
Pada awalnya tentu mereka memahami bahwa:
3 – 2 = 1, 4 – 3 = 1, 5 – 4 = 1
dan mulai mempertanyakan bagaimana dengan
3 – 3 = ? , 4 – 4 = ?, 5 – 5 = ?
Jawabannya adalah mereka perlu “tambahan” bilangan baru, yang kemudian disebut dengan nol (zero), yang diberi makna:
3 = 3 + 0, 4 = 4 + 0, 5 = 5 + 0
Sekarang kita telah menambahkan unsur baru 0 ke dalam sistem bilangan
asli, sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan
cacah, dinyatakan dengan:
W = {0, 1, 2, 3, 4, …}
3. Bilangan Bulat
Dengan berkembangnya masyarakat industri, manusia memerlukan bilangan
untuk keperluan pembukuan tingkat lanjut, antara lain untuk menghitung
hutang dan pihutang, serta tabungan dan pinjaman. Pertanyaan yang
muncul serupa dengan permasalahan:
6 – 7 = ?, 8 – 10 = ?, 3 – 10 = ?
Permasalahan ini serupa dengan usaha menambah bilangan-bilangan baru di dalam W sehingga mereka dapat melakukan semua pengurangan, atau himpunan baru yang diperoleh bersifat tertutup terhadap pengurangan.
Jawaban terhadap kesulitan mereka adalah tambahan bilangan-bilangan baru yang diperoleh dari:
0 – 1, 0 – 2, 0 – 3, 0 – 4, …
yang kemudian dilambangkan dengan:
-1, -2, -3, -4, …
sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan bulat, dan dinyatakan dengan:
Z = {…, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …}
Dengan digunakannya garis bilangan untuk menyatakan representasi
bilangan, dan memberi makna terhadap bilangan-bilangan di sebelah kanan
nol sebagai bilangan positif serta di sebelah kiri nol sebagai
bilangan negatif, maka himpunan bilangan bulat dapat dinyatakan
sebagai:
Z = {…, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …}
SISTEM BILANGAN RIIL
Sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya merupakan salah satu pilarutama dalam matematika, khususnya kalkulus. Dengan sistem bilanganini beserta operasi-operasi yang berlaku di dalamnya permasalahankomputasi matematika menjadi jelas dan mudah dilakukan. Namunsebelum meninjau lebih jauh mengenai apakah bilangan riil itu dan apasajakah sifat-sifatnya, akan ditinjau terlebih dahulu sistem bilangan yanglebih sederhana.
Beberapa Sistem Bilangan
1. Sistem Bilangan Asli
Di antara bilangan yang sudah dikenal, bilangan asli merupakanbilangan yang paling sederhana. Dengan bilangan ini, kita dapatmenghitung obyek atau benda-benda yang ada di sekitar kita. Notasiuntuk himpunan semua bilangan asli adalah N= {1, 2, 3, … }.Himpunan ini beserta operasi tambah (+) dan kali (x) yang bersifattertutup di dalamnya atau dinotasikan dengan (N, +, x) membentuk suatusistem yang dinamakan sistem bilangan asli.
2. Sistem Bilangan Bulat
Jika pada himpunan semua bilangan asli di atas ditambahkannegatifnya dan bilangan 0 sebagai unsur netral terhadap operasi +, maka diperoleh himpunan Z
= {0,±1,±2,±3, …}yang dinamakan himpunan semua bilangan bulat. Terhadap operasi + dan x yang bersifat tertutup di dalamnya,himpunan semua bilangan bulat Z ini atau (Z, +, x) membentuk suatusistem yang dinamakan sistem bilangan bulat.
3. Sistem Bilangan Rasional
Pada beberapa pengukuran besaran seperti pengukuran panjang,suhu atau arus listrik, bilangan-bilangan bulat boleh dikatakan tidakmemadai lagi, karena kurang memberikan ketelitian yang cukup baik.Oleh karena itu, hasil bagi dari bilangan-bilangan bulat seperti 41,32−,83,716−,54 dan11− sangat diperlukan. Perlu diperhatikan bahwa, kitatidak diperkenankan membagi suatu bilangan dengan nol.Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk nm, dengan m dan n adalah bilangan-bilangan bulat dan 0≠n, disebut bilangan-bilangan rasional. Selanjutnya himpunan semua bilangan rasional inidinotasikan dengan Q, sehingga Q =≠∈0dan,|n Z nm
nm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar